Syahadah dan hari wafatnya Imam Hasan al-Askari as Kisah Para Imam, 23 September 202324 September 2023 Tanggal 8 Rabi’ul Awwal dikenang oleh para pecinta Ahlul Bait as sebagai hari wafatnya Imam Hasan al-Askari as, ayah dari Imam Mahdi aj. Tepatnya beliau wafat pada tahun 260 Hijriah pada tanggal 8 bulan Rabi’ul Awwal di kota Samarra. Beliau wafat dalam usianya yang ke-28 tahun. Tentang bagaimana syahidnya beliau, nampaknya ada sedikit perbedaan pendapat. Namun mengigat apa yang dinukil oleh Thabrasi, salah satu ulama Syiah, berdasarkan riwayat dari Imam Ja’far Shadiq as yang berbunyi “Kami tidaklah mati kecuali dibunuh atau diracun.”; jadi sudah lumrah kalau Imam Hasan al-Askari juga wafat dengan salah satu cara diracun ataupun dibunuh secara langsung. Berdasarkan referensi-referensi sejarah abad ke-6 Hijriah, besar kemungkinannya Imam Askari as syahid karena diracun oleh kaki tangan khalifah saat itu. Beliau memiliki banyak riwayat dipenjara karena bertentangan dengan politik saat itu. Sering kali beliau mendapatkan ancaman dan teror yang membahayakan nyawa beliau. Syaikh Shaduq menceritakan, bahwa saat beliau meninggal, para pengikut Ahlul Bait as berkabung, berteriak dan bergemuruh mendatangi rumah Imam untuk berpisah dengan jenazah beliau. Bahkan sampai digambarkan Samarra sempat mengalami “hari kiamat” karena suasana duka yang menyelimuti kota itu di hari wafat sang Imam. Khalifah yang berkuasa di akhir hayat beliau adalah Mu’tamid dari Dinasti Abbasiah. Dia dikenal dengan khalifah yang haus darah, kejam, suka meumpahkan darah, dan siapapun yang menentanganya pasti binasa. Meski demikian, Imam Askari as tidak pernah diam tanpa menunjukkan penolakan terhadap rezim saat itu. Oleh karenanya banyak umur yang dihabiskan oleh sang Imam di dalam penjara Ali bin Hazin dan juga penjara Nahir. Pada akhirnya khalifah setempat sudah tidak tahan lagi dengan keberadaan sang Imam dan menganggapnya sebagai ancaman kekuasaannya lalu beliau tewas diracun. Di akhir hayat sang Imam, yang saat beliau meninggal Shaiqal dan ‘Aqid dua pembantu beliau hadir bersama Imam Mahdi as di sisinya, sang Imam meminta secawan air. Setelah diambilkannya air, beliau menyempatkan diri untuk shalat subuh seusai berwudhu dengan air itu. Begitu shalat beliau usai, arwah sucinya beranjak ke alam qudus Ilahi. Mengapa beliau dikenal dengan al-Askari Semasa hayat Imam Askari as, beliau selalu mendapatkan banyak tekanan dahsyat. Beliau dimonitrol dan dikontrol dengan ketat oleh rezim kekhalifahan Abbasiah. Minimal dalam setiap minggu sekali beliau dipanggil ke istana khalifah untuk diinterogasi, dan bahkan jika tidak cukup beliau ditahan dan dikucilkan di daerah beranama Askar di Samarra; yang oleh karena itu beliau dikenal dengan Imam al-Askari as. Bagaimana para pengikut Ahlul Bait as menjalin hubungan dengan sang Imam Begitu susahnya menjalin hubungan dengan sang Imam, sejak jaman Imam ke-9 yaitu Imam Jawad as, umat Syiah mulai membuat sebuah jaringan dan perwakilan, yang mana di berbagai kota dan daerah ada seseorang yang dinobatkan sebagai wakil Imam. Para wakil itulah yang kemudian dengan beragai cara menjalin hubungan dengan sang Imam. Imam pun dengan mengirimkan utusannya dapat berhubungan dengan para pengikutnya. Sebagai contoh, salah satu sahabat terdekat Imam yang bernama Abul Aryan, ia ditugaskan sebagai utusan Imam untuk mengirim dan menyampaikan surat serta kiriman lainnya secara dua arah antara sang Imam dengan para pengikutnya. Dengan demikian Imam dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan pengikutnya, memberikan konsultasi, menyelesaikan berbagai masalah dan lain sebagainya. Para penjaga penjara berhati batu yang luluh runtuh Salah satu petugas di penjara Mu’tamid Abbasi bercerita: Aku diperintahkan untuk membuat Imam Askari as jera di penjara dan aku panggilkan dua orang bawahanku yang terkenal dengan kekejaman mereka untuk menyiksa Imam. Namun tak lama aku melihat mereka berdua berubah menjadi orang yang rajin shalat dan berpuasa. Aku terheran-heran lalu aku bertanya kepada mereka apa yang terjadi? Mereka menjawab: Apa yang dapat kami katakan tentang Imam Askari as? Beliau adalah orang yang pekerjaannya hanyalah ibadah; di siang hari ia berpuasa, malam hingga pagi hari sibuk dengan shalatnya, sedikit berbicara, penuh wibawa, begitu ia menatap kami, kami pun bergemetar. Bagaimana beliau dihadirkan dari Madinah ke Samarra Pemerintah kekhalifahan Bani Abbas sengkontrol gerak gerik para Imam ma’shum as. Mereka mengawasi kegiatan keilmuan dan perpolitikan para pemimpin Syiah. Oleh karena itu mereka menghadirkan para Imam dari Madinah yang merupakan kota pusat keilmuan dan agama ke Baghdad dan Samarra dan Khurasan, kota-kota penting pemerintahan Bani Abbas. Oleh karena itu Imam Askari as bersama sang ayah, yakni Imam Hadi as sempat hidup bersama dalam pengasingan. Dapat dikatakan sepanjang hayatnya Imam Askari as berada dalam penjara dan pengasingan. Sejak umur dua tahun beliau sudah dibawa ke pengasingan bersama ayahnya dan hidup dalam keadaan seperti itu selama 20 tahun. Karena kondisi yang sulit ini tidak mungkin sang Imam dapat menjalin hubungan dengan mudah dengan para pengikutnya kecuali dengan cara membuat sistem komunikasi dan perwakilan seara tersembunyi seperti yang disebut di atas. Setelah 6 tahun sepeninggal ayahnya, Imam Hadi as, tiba saatnya sang Imam Askari as meneguk cawan syahadah. Khalifah-khalifah sejaman dengan Imam Askari as Semasa hayat Imam Askari as, beliau menyaksikan silih bergantinya penguasa kekhalifahan Abbasiah, mulai dari Mu’tashim, Watsiq, Mutawakkil, Manshur, Musta’min, Mu’taz, Muhtadi dan Mu’tamid. Referensi: wikifeqh Dukung kami dengan donasi Anda Berlangganan Post Views: 537 Imam Hasan al-Askari as